06 July 2016

Belajar Mendengarkan
Izinkan saya untuk mulai ngeposting lagi setelah sekian lama gak ngeposting-posting. *benerin peci
Waktu nulis ini sebenernya saya lagi lebaranan. Beberapa jam setelah sholat Idul fitri. Dan seperti lebaran pada biasanya, suasananya hikmat banget.

Dan pada saat lebaran juga akan ada satu hukum di keluarga yang berlaku: semakin banyak usiamu, semakin kecil angpao THRmu.

Jujur, bulan puasa dan lebaran itu adalah momen dimana mayoritas manusia pada ramah-ramah. Senyum dimana-mana. Bungkus ketupat juga dimana-mana. Ini juga sekaligus momentum dimana mantan yang udah lama gak ketemu akan menghubungimu sambil berkata “maafin aku yaa..” dengan makna lain yang tersirat “balikan sama aku dong...”.

Kemudian hening.

Anyway, sehabis sholat Ied barusan saya rada-rada keheranan karena liat banyak anak-anak yang pulang pada bawa balon helium plastik dengan banyak bentuk dan gambar. Dalam hati, ini siapa yang ulang tahun? Gak lama, saya sadar ternyata ada yang jualan. Yak, lagi pada sholat Ied dan ada yang jualan…balon pula. Rada gak nyambung sih.. tapi yaudahlah yaa namanya usaha :))

Tapi ini juga yang bikin saya percaya kalo lebaran itu berkah buat semua orang. Termasuk buat mas-mas balon ini. Jadi pesan moralnya adalah: kalo kamu mau mulai dagang, mulailah dengan jualan balon sehabis sholat Ied. Berkah!

Ngomong-ngomong lebaran, kamu punya tradisi apa di keluarga?

Saya biasanya sehabis sholat Ied suka ada momen maaf-maafan-sedih gitu. Ngakuin salah dan kekurangan satu sama lain sambil pelukan dan minta maaf. Standard.

Tapi ada yang beda sejak 2 lebaran terakhir. Rumah makin sepi. Kakak saya yang cewek itu udah berkeluarga. Praktis, kita gak serumah lagi sekarang. Kalo dulu kami ngelakuin tradisi ini berempat, sekarang cuma bertiga dengan saya satu-satunya anak di rumah ini yang tersisa. Yang lain, paling anak ayam tetangga. Itupun gak bisa di ajak maaf-maafan. Yaudah lah yaa..


Tapi mungkin memang begitu ya siklusnya. Semakin dewasa dan akhirnya berumah tangga, kita akan –setidaknya ‘berjarak’ dengan orang tua. Sebagaimana ketika kita mulai punya kesibukan entah itu di sekolah, di tempat kerja, kesempatan untuk cengkerama sama orang tua semakin menipis. Sadar atau nggak, waktu kita sama mereka dibatasi oleh urusan-urusan kita sendiri.

Ini jelas terlihat tiap kali saya liat umi di rumah. 

Kesepian, mungkin kata yang tepat. Kehilangan partner beres-beres-sambil-ngobrol-ngalor-ngidul di rumah. Yang tersisa adalah anak lelakinya ini yang bisanya cuma makan-tidur-sambil-ngalor-ngidul di rumah.

Dan siklus ini juga yang mungkin bakalan saya alamin nantinya, sekaligus yang suka saya khawatirkan. Lulus dari pendidikan lalu dipaksa bersibuk dengan pekerjaan. Sebagaimana yang udah-udah, waktu kita hanya tersisa buat orang tua di waktu-waktu liburan aja. Kita sibuk bertumbuh, di saat yang sama mereka semakin menua.

Dengan intensitas pertemuan yang jarang, setiap libur dan kakak saya pulang ke rumah, Umi selalu punya cerita apapun buat dibahas. Ketawa bareng-bareng. Seolah ngeluapin rasa kangennya yang udah lama ditabung di dalam pikiran. Dari cerita yang cukup penting sampe yang penting abisss (S-nya tiga)

Jujur, seringkali ketika umi cerita apapun, saya selalu sibuk dengan urusan saya sendiri. Entah itu main handphone, baca buku, atau internetan. Saya selalu menanggapi dengan anggukan seolah benar-benar menyimak.

Tapi semakin kesini saya sadar, semakin tua mereka hanya butuh untuk di dengarkan.

Ketika berpisah tempat tinggal berarti akan banyak cerita yang mereka simpan untuk diceritakan ketika anak-anaknya datang. Saya kira itu lebih baik sekaligus yang saya harapkan. Entah kapan, ketika saya pulang ke rumah selepas sibuk dengan pekerjaan, mereka masih diberi kesehatan untuk bisa ngebagikan ceritanya itu ke saya, ke anak-cucunya.

We are busy growing up, at the same time they're also growing old
Sebagaimana ocehan anaknya pas masa balita dulu yang selalu mereka simak, mungkin sekarang udah saatnya saya jadi pendengar yang baik buat mereka. Dan untuk jadi pendengar yang baik, saya pikir, saya perlu mulai untuk belajar mendengarkan.

Bytheway, selamat berlebaran!

Currently a management student that has a keen intrerest in Entrepreneurship, Marketing and Education. I grew up by dint of volunteerism. I consider becoming a future marketing specialist and useful human being for society..

0 komentar:

Post a Comment

Terimakasih udah baca.
Silahkan tinggalkan komentar, bebas apa aja.
Yang penting baik dan tidak mengandung SARA.
Btw, SARA itu apa ya?

Any Idea To Share?

Contact Dapid
DAPID NURDIANSYAH
AVAILABLE UPON REQUEST
BOGOR, INDONESIA

Pages