27 November 2017

Balada Hidup di Ibu Kota
Andhika, 10 tahun, berperan penting dalam menjaga
kerapihan & kebersihan Mahasiswa UNJ dengan suplai tisu-nya.

[Jumat, 24 November 2017]

Saya cukup familiar dengan anak ini semenjak berkuliah.
Seringkali saya lihat dia berkeliling dari satu sudut ke sudut lain di UNJ. Dengan menenteng tumpukan tisu, menawarkan kepada mahasiswa yg sedang asik santai atau berdiskusi. Ada yang tertarik membeli, sebagiannya berterima kasih, sebagiannya lagi terkadang tak mengacuhkan anak ini.

Jakarta tempat hidup yang keras.
Sebagaimana anak 10 tahun ini harus bekerja. Disaat anak 10 tahun lainnya hidup di tengah kehangatan keluarga, disayang dan dimanja.

Sebenarnya saya tidak asing dengan anak-anak seperti Andhika ini. Sejak dua tahun lalu saya menjadi bagian dari Sekolah Master, Depok. Tempat anak-anak yang peruntungannya berbeda, berjuang meneruskan pendidikan dalam sebuah kontainer bekas di balik lalu-lalang bus, di terminal Depok. Saya belajar di sana.

Anak-anak seperti Andhika adalah adik seperjuangan saya di Sekolah Master. Tipikal yang pagi bersekolah, siang menjaja. "Tisunya kak, 3 ribuan kak.." ujar mereka, tiap dijumpai orang dihadapannya.

Andhika adalah potret satu dari sekian banyak anak Indonesia yang takdirnya berjuang sejak dini. Bahkan sejak dirinya sendiri belum sepenuhnya sadar, mengapa dia harus melakukan ini, di arena bermain yang 'keras' dengan anak-anak pengasong lain. 

Meski saat ditanya apakah berjualan tisu ini perintah dari orang tuanya, dengan menggeleng polos dia menjawab "Emang mau sendiri. Emang pengen jualan aja kak.." tetap tidak bisa menyembunyikan fakta bahwa tuntutan hidup di keluargalah yang membawanya ke lingkaran ini. Terlebih ketika saya bertanya, bagaimana jika Ia pulang dan tisunya tidak laku? "Iya, dimarahi sama mama.."

Dhika-- panggilannya-- anak terakhir dari 6 bersaudara. Ia masih bersekolah di salah satu SD swasta di Utan Kayu, tidak jauh dari tempat Ia berjualan hari itu. Meski terbilang terlambat, karena di usianya yang 10 tahun Ia baru berkesempatan menempuh kelas 1 Sekolah Dasar. Namun pada hakikatnya tidak ada kata terlambat dalam belajar. 

"Dhika, mau kuliah juga nggak?" senyumnya seolah mendukung jawaban yang Ia ucapkan setelahnya "Mau kak." Iya, kamu harus! Pikir saya dalam hati. Karena setiap anak di negeri ini punya hak yang sama. Meski terkadang kesempatan tidak serta-merta memihak begitu saja. Semoga suatu hari kamu sampai pada peran itu dhik!

Di penghujung Jumat siang, hari itu, selepas berbincang di kantin, Andhika bertemu kembali dengan dua anak lainnya yang kebetulan sedang berkeliling.

Nampaknya Dhika harus segera kembali berkeliling. Tanpa ingin menghambat waktunya, selepas memberikan uang tisu yang saya beli, kami pun berpisah.

Sampai jumpa di kesempatan yang lebih baik, Andhika! 
Terima kasih pelajarannya!







Currently a management student that has a keen intrerest in Entrepreneurship, Marketing and Education. I grew up by dint of volunteerism. I consider becoming a future marketing specialist and useful human being for society..

0 komentar:

Post a Comment

Terimakasih udah baca.
Silahkan tinggalkan komentar, bebas apa aja.
Yang penting baik dan tidak mengandung SARA.
Btw, SARA itu apa ya?

Any Idea To Share?

Contact Dapid
DAPID NURDIANSYAH
AVAILABLE UPON REQUEST
BOGOR, INDONESIA

Pages